Saya masih panasaran dengan buku yang saya baca pekan lalu mengenai Adab lebih utama daripada ilmu, lalu ternyata saya menemukan banyak sekali riwayat dari para sahabat dan para ulama tentang keutamaan adab dari pada ilmu. Sepertinya saya mungkin salah satu dari murid yang dulu pernah menertawai kekurangan dari guru saya. Tidak ada manusia yang sempurna termasuk para guru dan ulama. Namun dalam Islam keluhuran budi pekerti dan akhlaq adalah lebih utama, sebab bisa jadi ilmu duniawi kita banyak, sekolah dan pendidikan kita tinggi, tanpa ada, budi pekerti dan akhlaq maka semua apa yang kita pelajari tidak ada artinya lagi.
Selepas membaca ini saya memohon ampun kepada Allah SWT jika saya pernah menertawai kekurangan para guru yang telah banyak mengajar mendidik dan membimbing saya. Saya takut jika ilmu yang saya dapat selama ini menjadi tidak barokah dalam keseharian saya.
Berikut ini beberapa kutipan para ulama mengenai Keutamaan Adab daripada Ilmu.1. Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”2. Seorang ulama, Yusuf bin Al Husain berkata, “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”3. Seorang Guru penulis, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.”4. Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya. Ibnul Mubarok berkata “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”5. Ibnu Sirin berkata,“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”6. Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok, “Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.7. Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata, “Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya.”8. Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata, “Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”9. Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak mempelajari adab, itulah yang kurang dari kita saat ini.10. Imam Abu Hanifah berkata,“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.” (Al Madkhol, 1: 164)11. Di antara yang mesti kita perhatikan adalah dalam hal pembicaraan, yaitu menjaga lisan. Luruskanlah lisan kita untuk berkata yang baik, santun dan bermanfaat. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat” Kata Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya dari amalannya” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 291).Yang kita saksikan di tengah-tengah kita, kita lebih banyak “Talk more, do less (banyak bicara, sedikit amalan)”. Astagfirullah...
~Ruang kelas kosong 24102019~
Agus Nugroho
Kaget juga ketika hari ini melihat dan mendengar berita
tentang kecurangan pemilu yang belum dimulai. Surat suara yang telah tercoblos,
sebuah pengkhianatan bagi kedaulatan suara rakyat. Kudeta kecil bagi pemilu
2019. Ya esensi dari pemilu itu sakralnya adalah ketika kita berhadapan dengan
surat suara didalam bilik pencoblosan, rahasia dan hanya kita dan Tuhan yang
tahu. Namun ketika kecurangan diatas terjadi, diluar negeri, ini bukan hanya
sekedar kecurangan yang membuat malu untuk salah satu pasangan, tapi juga
bangsa ini.
Sudah cukup lama kita terbelah menjadi dua akibat adanya
suksesi kepemimpinan dinegara ini, namun apa mau dikata, tantangan zaman
menunjukan memang seperti inilah bentuk persaingan diera arus komunikasi cepat.
Teknologi mendistribusikan informasi bukan dalam hitungan pekan atau hari,
namun jauh dari itu, satuan terkecil dari waktu yaitu detik menunjukan
bagaimana sebuah persaingan terus terjadi.
Mulai perang elegan saling lempar tawaran program yang dijual
kepada pemilih, hingga perang verbal dan non verbal terkait isu personal maupun
hal lain terkait partai maupun person pendukung masing-masing pasangan yang
mempunyai kecenderungan berdampak negatif. Kita tidak mau bangsa ini terus
berseteru, sementara mungkin diluarsana ada yang bertepuk tangan dan menanti
untuk memangsa kita.
Jika dalam beberapa waktu kebelakang ini incumbent diterpa
isu tidak sedap bukan sekedar perdebatan program kampanye maupun saling
serangnya dua kubu baik secara verbal maupun non verbal, maka isu yang sangat
krusial adalah lamban dan hilangnya reaktifitas lembaga penunjang suksesnya
pemilu itu sendiri terhadap berbagai kasus pelanggaran yang terjadi.
Minimnya statemen bawaslu ataupun KPU terhadap berbagai
pelanggaran yang terjadi membuat sebagian kita gamang memikirkan bagaimana
akhir dari cerita sejarah bangsa ini pada pemilu 2019. Jikalau pelanggaran ‘receh’
terjadi kemudian dianggap sebagai sebuah kewajaran dalam sebuah kontestasi
politik, sebab bisa jadi yang curang itu hanya segelintir orang dengan skala
kecil. Namun jika pelanggaran seperti adanya keterlibatan berbagai aparatur
negara dalam kegiatan kampanye dan juga adanya anggapan tentang netralitas
kepolisian dalam melakukan pengamanan yang justeru berpihak pada salah satu
kubu membuat rakyat sebagai objek utama
yang akan dilibatkan dalam proses pengambilan suara pada pesta rakyat ini
menjadi bertanya-tanya, akankah pemilu ini akan berjalan sebagaimana asas pemilu
yang jujur adil dan terbuka?.
Tentunya ini akan menjadi keprihatinan yang luar biasa bagi
rakyat Indonesia, sebab jika sampai pesta rakyat yang bertujuan agar
terciptanya suksesi kepemimpinan yang mengedepankan nilai jujur dan adil dan
terbuka tercederai oleh kekuasaan yang menyetir lembaga penunjang pesta
demokrasi tersebut, maka bukan tidak mungkin jika pesta rakyat yang berbiaya
mahal ini akan menjadi sia-sia dengan berujung kepada hilangnya kepercayaan
rakyat bukan hanya kepada lembaga penunjang pelaksana pesta demokrasi seperti
KPU, Bawaslu maupun kepolisian yang bertindak sebagai pengaman namun juga tidak
menutup kemungkinan hilangnya kepercayaan rakyat kepada produk yang dihasilkan
oleh pesta demokrasi yang berbiaya mahal ini.
Saatnya kita semua menyelamatkan demokrasi bangsa ini dari
berbagai tindak kecurangan. Gunakan hati nurani kita untuk menyelamatkan suara
Rakyat. Sebab kita ingin suksesi kepemimpinan ini berjalan dengan jujur adil
dan transparan serta mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang berwibawa
dimata dunia dengan mengedepankan nilai demokrasi yang tentunya dirias dengan
nilai jukejuran, keadilan dan transparans. Itulah cermin bernama suksesnya Pemilu 2019.
Hitungan hari pasta rakyat ini akan dilaksanakan, jika
kekhawatiran rakyat akan terjadinya pengkhianatan suara rakyat melalui
kecurangan, maka perlu adanya gerakan moral yang mencoba mengingatkan kembali
antar sesama anak bangsa untuk mengetuk setiap dinding jiwa Hati dari para
individu yang berperan sebagai pelaku yang memanage perhitungan dan
rekapiltulasi suara rakyat dengan adil dan jujur serta terbuka. Sudah seharusnya
anda yang bertugas sebagai KPPS di TPS-TPS, petugas rekapitulasi di tiap
kecamatan, kota/kabupaten, provinsi hingga pusat, para punggawa suara rakyat
yang ada di KPU serta para penjaga kedaulatan suara rakyat yang ada di panwaslu
harus berpikir jernih tentang amanah masing-masing yang diberikan oleh rakyat
dengan mewujudkan pemilu yang jujur, adil dan transparan.
Sehingga diakhir hari sisa waktu ini kita semua bisa
tersenyum dan mengatakan, Mari kita Sukseskan pesta rakyat Indonesia 2019 ini dan
selamat menikmati demokrasi.
Catatan Foto Trip ke Gunung padang Cianjur bersama Tjiphot's Fams dan Baladika. Silahkan Download untuk file ukuran kecil disini Gunung Padang Trip 2014 dan untuk file ukuran besar download disini Gunung Padang Trip.
Kali ini saya kembali menyajikan majalah Digital ketika Menjejakan kaki di Gunung Burangrang bersama rekan-rekan dari Sahabat Alam Rimba (SAR) Bandung Barat.
Perjalanan perdakian terhitung unik, karena kita mencoba kali ini melakukannya pada malam hari. Silahkan Donload lengkap majalah nya disini --> Burangrang Trip SAR 2014
Catatan foto saya tentang Trip ke Gunung Bromo Jawa Timur bersama teman-teman dari Trip to Hidden Paradise. Silahkan Download disini Bromo TTHP eD
Untuk rekan pendaki yang naik bersama Tanggal 28 Desember 2013 sampai dengan 3 Januari 2014. Silahkan Download disini Edisi Semeru 2014
Edisi lainnya No foto team : Edisi Semeru 2014 2
Buku ini sengaja saya buat sebagai sarana dokumentasi dari foto potrait yang telah saya hasilkan.
Anda dapat mendownloadnya disini => A Face by Agus Nugroho (2)